28 Oktober 2008

Pada acara Dauroh Sehati tanggal 25-26 Oktober 2008 di Cilember, Puncak kemarin, ada dua hikmah menarik dari dua orang yang mengalami takdir yang saling berkontradiksi.

Kang Herman, adalah peserta dauroh Sehati, beliau adalah seorang anggota angkatan darat dengan pangkat sampai saat ini sebagai KAPTEN. Dengan postur tubuh yang tegak seperti layaknya tentara, beliau menceritakan kisah hidupnya, terutama kisah tentang pernikahan.

Dengan logat yang khas, yaitu logat jawa, dengan suara yang lembut nan tegas, Beliau bercerita,

“Saya, Alhamdulillah, untuk masalah materi tidak menjadi masalah, sehingga saya beranikan untuk menikah, dikarenakan juga karena saya sudah merindukannya.”

Sama Kang, saya pun merindukannya..he3x..(kataku dalam hati)

“Alhamdulillah, saya telah bertunangan dengan salah seorang perwira, dengan pangkat SERSAN. Waktu mengutarakannya, saya berkata kepadanya, “Apakah kamu bersedia karena menjadi Istriku?” (dengan nada tegas), dan dia pun mengiyakannya. Dan rencananya pada tanggal 2 Desember nanti kami akan menikah.”

“Subhanallah, Alhamdulillah..ciee..” (sorak-sorai kami)

“Tapiii…” timpal Kang Herman

“Lho kok ada tapinya?”. Tanya kami keheranan..

“Setelah Lebaran kemarin, ada permasalah antara saya dan keluarganya, sehingga keluarganya menarik lamarannya..” Kang Herman menambahkan dengan nada yang agak pelan.

Yang semula kami gembira, sekarang merasakan kesedihan sahabat kami ini..

“dan sekarang, dikarenakan saya adalah seorang yang kurang dalam agama, sedang, Insya Allah, materi tidak menjadi permasalahan bagi saya, maka, mudah-mudahan di SEHATI ini saya menemukan pendamping yang shalehah..” sahut Kang Herman dengan berusaha melepas kesedihan dirinya dan kami

“Amiiinnnn…” jawab kami semua..

Kang Husain, bersama Istri dan anaknya, merupakan peserta dauroh sehati, beliau ikut karena rindu dengan sehati, rindu akan ukhuwah dan silaturahim yang sudah terjalin erat sejak tahun 2001. Kang Husain ini, dahulunya adalah sopir Saskia Meca.

“Dahulu, saya itu sudah menentukan tanggal pernikahan terlebih dahulu, undangan-undangan sudah tersebar, padahal melamar saja belum..ha2x..”

Masa sich..(geleng-geleng)

“Saya dahulu pusing, pusing karena saya tidak punya uang sama sekali, padahal tanggal nikahnya tinggal beberapa hari lagi.” Sambung Kang Husain.

“Saking pusingnya, saya hubungi Ust. Harits, eh, saya malah dimarahi sama Beliau, katanya, “kamu tuh mau nikah, tapi engga punya duit sama sekali, gimana sich kamu!!”.

“Duch, saya bukannya mendapatkan solusi, malah dimarahi waktu itu, tapi oleh Ust. Harits, saya akhirnya terus terang kepada Calon Pengantin ditemani Ust. Harist kalau saya tidak punya uang sama sekali.”

“Akhirnya, Alhamdulillah, keluarga calon pengantin menerima keadaan saya, dan Alhamdulillah saya akhirnya nikah tanpa mengeluarkan biaya.”

“dan, setelah menikah, saya malah mendapatkan pekerjaan sebagai sopir Saskia Meca, Subhanallah, memang benar janji Allah, dengan menikah, Allah akan menambah rezeki.”

Subhanallah, dua takdir yang berbeda..yang satu diberi kelebihan materi. Namun, jika memang Allah belum mengizinkan menikah, tidak akan terjadi pernikahan. Tapi, jika Allah mengijinkan, walau kita tidak punya uang, Allah akan selalu memberikan kemudahan. jadi, perkara nikah, bukanlah masalah punya biaya atau tidak, tapi perkara yakin atau tidaknya kita kepada Yang Menguasai Kekayaan, Allah Azza wa Jalla.

"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan." [Q:S . 36:82-83]

0 komentar: