04 Desember 2008

Pernikahan merupakan suatu moment yang istimewa, yang bagi kebanyakan orang merupakan peristiwa yang terjadi satu kali seumur hidupnya.

Bagi seorang muslim, pernikahan merupakan salah satu sarana Ibadah kepada Allah Ta'ala. Dengan menikah, maka lengkaplah Dien (Agama) seseorang.

"Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”. (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim).

Alangkah sayang, jika pernikahan yang dimuliakan Allah dan RasulNya, kita nodai dengan hal-hal yang tidak syar'i. Hal-hal yang menodai tersebut adalah Adat.

Adat (kebiasaan) bisa menodai keberkahan dari pernikahan itu sendiri, bahkan bukannya ibadah yang tercapai, tapi hanyalah maksiat kepada Allah Ta'ala.

Coba perhatikan bentuk ritual-ritual yang biasa terjadi dalam pernikahan di sekitar kita. Mandi Kembang, menginjak telur, dan ritual lainnya. Sayang..terlalu sayang..pernikahan jika ternodai oleh hal-hal yang tidak syar'i.

Di bawah ini, aku mempunyai susunan acara akad nikah yang, Insya Allah, sesuai dengan syariat Islam.

Tipe A

  1. Calon Pengantin Pria datang, langsung menuju meja akad nikah.
  2. Ijab Qabul, dipandu penghulu
  3. Selesai

Catatan : Pengantin Wanita tidak disandingkan selama proses ijab qabul berlangsung.

Tipe B

  1. CPP datang, di pintu masuk disambut orang tua dan/atau keluarga calon CPW.
  2. Sambutan penyerahan CPP oleh ayah atau wakil keluarga.
  3. Sambutan penerimaan CPP oleh ayah/wali/wakil keluarga CPW.
  4. Pengalungan rangkaian melati oleh ibu CPW kepada CPP.
  5. Penyerahan hantaran/peningset secara simbolis dari ibu CPP kepada ibu CPW [jika ada].
  6. CPP diapit orang tua CPW berjalan menuju meja akad nikah.
  7. Permohonan ijin nikah CPW kepada ayah kandung/wali, dipandu penghulu [tidak harus].
  8. Pembacaan ayat suci al-Qur'an [tidak harus].
  9. Ijab Qabul, dipandu penghulu. [CPW tidak disandingkan sebelum ijab qabul selesai].
  10. Nasihat Pernikahan dan Doa [tidak harus].
  11. Sungkeman [tidak harus]
  12. Selesai.
Catatan :

Tipe A, yang paling mendekati syariat, namun amat sangat jarang digunakan, karena banyak tradisi yang dimasukkan. Tipe B merupakan susunan hasil kompromi antara syariat dan tradisi. Masih ada tipe-tipe lainnya, dengan berbagai penambahan acara tergantung kebutuhan, namun semua tambahan tidak ada tuntunannya.

Akad nikah tidak harus di mesjid, karena tidak ada satupun hadits atau riwayat yang mengharuskannya. Yang dicontohkan Rasul, akad nikah berlangsung di rumah CPW.

CPP : Calon Pengantin Pria

CPW : Calon Pengantin Wanita.

Jadi, pernikahan yang seperti apa yang (akan) Anda lakukan?

...
"Mas, saya sakit kepala nich..". Sahutku kepada Mas Ponijo pada suatu kajian.
"Makanya cepetan nikah, biar ada yang mijitin." Saran Mas Ponijo.
"Yee..dasar".
...
hmm..mentang-mentang udah khitbah, jadi bisa ngomong seperti itu..tunggu aja Mas, pada saatnya hi2x..

01 Desember 2008
Membaca Kisah ini, aku teringat hadist
“Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160)

aku hanya bisa berucap, subhanallah..subhanallah..semoga Allah pun mempermudah langkahku menuju pernikahan..
----------------------
Rabu, 27 November 2002 bertepatan dengan 23 Romadhon 1423 tepat pukul 21.00 WIB kami menikah. itu adalah saat pertama saya melihat istri saya secara langsung. proses menuju pernikahan kami cuma berjalan 1 minggu. saat itu usia saya masih 24 tahun.


ketika Allah sudah memudahkan urusan kita, maka tidak ada kata tidak mungkin. menikah yang saat itu hanya dalam angan saja alhamdulillah bisa terlaksana. dalam hati memang sudah kuniatkan ingin segera menikah. tapi dengan siapa? semuanya hanya saya adukan kepada sang khalik. di saat itulah Allah langsung membalas doa saya.

proses ta'aruf (perkenalan) mulai berlangsung hari rabu 20 november 2002. ba'da shubuh saya diminta menemui seseorang yang dianggap mengerti istri saya. sampai saat itu saya belum berkomunikasi langsung dengan istri saya. kami berkomunikas lewat seorang teman. saat itulah saya ditanya beberapa hal mengenai diri saya dan alasan buat menikah. seperti layaknya karyawan yang sedang diinterview.
diskusi itu berlangsung hampir 2 jam. kemudian saya disuruh menunggu berita lebih lanjut.

waktu menunggu inilah yang terasa sangat lama bagi saya. Alhamdulillah sore harinya saya mendapat info kalo proses menuju pernikahan kami masih bisa diteruskan. saat itu ada satu permintaan yang harus segera dilakukan. menemui ibu bapak calon istri saya untuk menanyakanan ketersediaan mereka menjadikan saya sebagai suami
anaknya. saya yang saat itu sendirian di jogja bingung harus bagaimana. setelah ngobrol dengan beberapa teman akhirnya diputuskan esok harinya (kamis) kami akan ke tempat tinggalnya untuk menemui kedua orang tuanya. bener bener saya merasa kalo semua yang saya lakukan saat itu dalam kontrol dan kuasa Allah. saya seperti merasa ada sebuah kekeuatan yang terus meyakinkan akan setiap langkah saya.

dari jogja menuju kebumen kami tempuh dalam waktu sekitar dua setengah jam. dengan berbekal alamat yang dikasih kami cari rumah yang dituju. alhamdulillah begitu mudah rumah yang dicari karena berada tepat di pinggir jalan. ketuk salam pun kami haturkan saat bertamu di rumah itu. seorang ibu datang membukakan pintu dan
mempersilahkan kami masuk. kami pun mulai menjelaskan maksud kedatangan kami. saya kadang heran sendiri jika ingat saat itu.

begitu yakinya saya melakukan semua itu tanpa ada perasaan cemas sedikitpun. setelah berdiskusi sekitar 2 jam kami pun mohon diri.
satu kesimpulan yang kami dapat adalah mereka setuju saja jika memang anak mereka setuju.

kami balik ke jogja dan berbuka puasa di jalan karena saat itu masih dalam bulan ramadhon. baru sampai di jogja saya dapat kabar kalo lulus dalam tahap meminta restu orang tuanya. tapi ujian lainnya telah siap menanti. saya diminta membawa keluarga saya ke tempat mereka untuk menghitbah (meminang). perasaan senang dan bingung bercampur aduk. dan sekali lagi saya bener bener merasa ada sebuah
energi yang begitu besar terus membantu proses saya.

malam itu saya langsung pulang ke brebes untuk memberitahukan berita ini kepada ibu bapak saya. selama dalam perjalanan saya cuma berfikir apa yang akan saya katakan kepada mereka. saya yakin mereka akan terkejut mendengar semua berita ini. hari itu jumat (22 november 2003) saya sampai di rumah. waktupun tak kusia siakan.

segera kukumpulkan ibu, bapak dan kakek saya untuk berdiskusi mengenai pernikahan saya. saya masih ingat mereka kaget dan heran.
tapi Alhadulillah karena semua syarat yang mereka berikan kepada saya sudah saya penuhi, mereka pun tak bisa menolak. saya masih ingat salah satu syarat yang selalu mereka berikan kepada saya jauh jauh hari ketika saya masih kuliah. mereka berharap kalo suatu saat saya menikah, saya bisa membiayai semua biaya pernikahan saya
sendiri. saya tahu mereka melakukan ini semua untuk kebaikan saya. tapi memang Allah maha mengasihi hambanya. setelah lulus kuliah tahun 2001 saya mendapat pekerjaan dengan penghasilan yang lumayan cukup buat pernikahan saya. saya berdiskusi dengan meraka mengenai apa apa yang harus dilakukan menuju proses khitbah dan ijab qobul.

kami memutuskan melakukan penghitbahan pada hari minggu 24 november 2002. ada satu yang harus saya siapkan yaitu surat pengantar nikah di luar daerah.

subhanalloh, saya hanya punya waktu 1 hari (sabtu) untuk mengurus semuanya. malam itu saya cuma berharap kantor buka besok sabtu.
kuminta tolong kawan kawan yang sudah menikah di kampung saya. saya
mulai mengurus surat itu dari RT, RW, trus paginya saya pergi ke balai desa untuk meminta pengesahan dari kepala desa. KUA pun tempat terakhir yang mengeluarkan surat itu. puji syukur tak henti hentinya saya ucapkan kehadirat Allah yang selalu memudahkan jalan saya.

akhirnya semua persyaratan lengkap sudah. minggu pagi hari kami berangkat ke kebumen untuk acara itu. di kebumen kami sudah disambut oleh kerabat calon istri saya. di acara itulah kami mendiskusikan rencana pernikahan kami. akhirnya diputuskan rabu 27 november 2002 tepat satu minggu dari proses awal.

rabu itu kami berangkat dari brebes siang hari. target kami sebelum buka puasa kami sudah di kebumen. akad nikah akan dialaksanakan pukul 21.00. bener bener acara pernikahan yang begitu sederhana dan cepat. saya masih ingat kalo jas yang saya pake saya pinjam dari temen. maklum semua tanpa persiapan.

saat yang ditunggu tunggu akhirnya datang juga. tepat menjelang pukul 21.00 saya diminta duduk di kursi yang sudah disiapkan untuk acara itu. di samping saya ada paman saya dan temen saya yang memberi motivasi pada saya. tepat pukul 21.00 acara pun segera dumulai. dengan mas kawin uang Rp. 500.00,00 dan seperangkat alat sholat kamipun resmi menikah. di saat itulah pertama kali kulihat wajah istri saya. betul pertama kali karena selama proses menuju pernikahan kami selalu berkomunikasi lewat teman.

Alhamdulilah, Alhamdulilla, dan Alhamdulilah satu satunya kata yang bisa saya ucapkan. saya melihat ibu bapak saya terharu melihat anak pertamanya menikah dengan begitu cepat dan dimudahkan oleh Allah.
semoga tulisan ini bisa memberi inspirasi pada semua baik yang sedang mempersiapkan proses pernikahan atau yang sedang mencari jalan menuju pernikahan. semoga semuanya dimudahkan Allah.

saya ucapkan terima kasih banyak kepada semua yang telah membantu kami dalam peroses pernikahan kami. semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

taken from : http://herianti. wordpress. com/2007/ 05/11/seminggu-menuju-gerbang- pernikahan/
Bila malam-malam sudah terasa sepi dibanding masa sebelumnya

Bila hangatnya persahabatan tak lagi cukup untuk mencurahkan isi hati


Bila hati merindukan belaian kasih sayang dikala ia resah


Bila hati mendambakan pelindung dan pemberi motivasi disaat dirinya lemah


Bila hati mulai cenderung dan merasa tenteram di sisi lawan jenisnya,


Maka apakah yang akan kita cari selain pernikahan?

Mas Udik Abdullah dari Bila Hati Rindu Menikah-
Alhamdulillah,
Sabtu, 29 November 2008, adalah hari yang tidak akan pernah kami lupakan seumur hidup.
Suasana khidmat dan syahdu mengalun di ruang keluarga akhwat.
Malam itu,
Keluarga sang akhwat menyambut kedatangan kami dengan penuh kasih sayang
...
Maka, mulailah pihak keluarga ikhwan menyatakan maksud kedatangannya untuk mengkhitbah akhwat yang sudah ditentukan.
Alhamdulillah,
Pihak keluarga akhwat, terutama dari pihak Bapak sang akhwat, menerima maksud kedatangan keluarga sang ikhwan untuk mengkhitbah putri kesayangan Beliau.
...
Alhamdulillah,
Aku bahagia pada malam itu, walaupun aku hanya menemani sahabatku dalam proses khitbah saat itu.

Terbayang, pasti pada saatnya, akupun akan merasakannya, perasaan yang jauh lebih bahagia lebih dari sekedar menemani.

Nb: teruntuk sahabatku yang telah mengkhitbah pada malam itu. Semoga Allah Azza wa Jalla, dengan karunia-Nya memberikan kasih sayang-Nya pada kalian berdua.
Bagiku, lingkungan pekerjaan merupakan hal yang pertama aku perhatikan sebelum aku menjadi keluarga besar suatu Perusahaan tersebut. Dikarenakan keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih menantang, aku mencoba melamar pekerjaan, salah satunya adalah ke PT. TNS Indonesia.
Bulan November lalu, aku dipanggil oleh TNS untuk test.
Di Perusahaan ini, aku melamar sebagai Data Processing. Begitu aku memasuki perusahaan ini, “hawa” yang terpancar tidaklah baik untukku, yah, aku merasa jika aku berada dilingkungan ini, dikhawatirkan aku tidak bisa bebas beribadah kepada Allah Ta’ala.
Hal ini terbukti ketika aku mulai untuk test interview, setelah hampir 2 jam menunggu,

Huh..pekerjaan yang paling aku benci..menunggu

adalah giliranku untuk di interview, saat itu waktu menunjukkan pukul 18.00, dan aku belum Maghrib, dan aku yakin si peng interview belum solat juga (kalau seorang muslim). Kulihat ada 4 orang yang menginterview ku. Dikarenakan aku sudah tidak mempunyai passion untuk bergabung dengan TNS, aku jawab pertanyaan dengan seadanya dengan harapan bisa segera berakhir sebelum waktu maghrib habis.

“Alhamdulillah, masih ada waktu 15 menit lagi sebelum waktu isya tiba”, syukur aku ucapkan setelah proses interview selesai, dan aku tidak berharap untuk diterima setelah proses ini. Sungguh,lingkungan yang tidak baik untukku.

Kok para penginterview itu begitu santai, padahal waktu maghrib tinggal sebentar lagi, apa mereka bukan seorang muslim?

Sambil terucap istighfar, aku bersyukur karena aku masih dijaga oleh Allah Ta’ala, apa jadinya jika aku terlewat maghrib? Semoga Allah Ta'ala memberikan hidayah kepada para peng interview tersebut..
11 November 2008
Alhamdulillah, di sebelah kantorku ini, ada sebuah mesjid, walau jaraknya sekitar 100 meter. Ketika berjalan menuju mesjid untuk melaksanakan shalat dzuhur, aku melihat seorang Bapak yang kira-kira berusia 50 tahun keatas, dengan pakaian kerja yang rapi, berketurunan china, begitu tergesa-gesa berjalan dari gedung yang sama denganku.

Aku berpikir, mungkin dia mau makan atau ada keperluan lain, dan non islam.

Tapi, subhanallah, ternyata dia membelokan dirinya menuju mesjid, dan dia tergesa-gesa karena takut ketinggalan sholat dzuhur tepat waktu berjamaah. Wah, diri ini, jadi bersemangat untuk tidak ingin kalah dengan Bapak tersebut untuk shalat berjamaah tepat waktu.

Mesjid Hidayatullah

Itulah nama mesjidnya, mesjid yang terletak di belakang gedung Sampoerna, Menara Standard Chartered, lokasi yang statergis untuk tempat shalat bagi karyawan dan musafir yang terjebak macet. Ah, ternyata, Bapak tadi merupakan salah satu dari Hamba Allah yang berusaha memperoleh derajat yang tinggi di sisi Allah Ta’ala, salah satunya dengan shalat tepat waktu secara berjamaah. Di Mesjid ini, begitu banyak orang-orang yang ditengah kesibukkannya dengan pekerjaan, masih menyediakan waktunya untuk shalat di mesjid tepat waktu secara berjamaah.

Yah, itulah mereka, orang-orang yang rindu akan Allah Ta'ala, memang bagi mereka, shalat tepat waktu di mesjid adalah suatu kebutuhan yang utama. Rasanya terlalu bodoh bagi kita yang menunda shalat karena alasan pekerjaan.

Bagaimana dengan shalat Anda ditengah kesibukkan Anda?

28 Oktober 2008

Pada acara Dauroh Sehati tanggal 25-26 Oktober 2008 di Cilember, Puncak kemarin, ada dua hikmah menarik dari dua orang yang mengalami takdir yang saling berkontradiksi.

Kang Herman, adalah peserta dauroh Sehati, beliau adalah seorang anggota angkatan darat dengan pangkat sampai saat ini sebagai KAPTEN. Dengan postur tubuh yang tegak seperti layaknya tentara, beliau menceritakan kisah hidupnya, terutama kisah tentang pernikahan.

Dengan logat yang khas, yaitu logat jawa, dengan suara yang lembut nan tegas, Beliau bercerita,

“Saya, Alhamdulillah, untuk masalah materi tidak menjadi masalah, sehingga saya beranikan untuk menikah, dikarenakan juga karena saya sudah merindukannya.”

Sama Kang, saya pun merindukannya..he3x..(kataku dalam hati)

“Alhamdulillah, saya telah bertunangan dengan salah seorang perwira, dengan pangkat SERSAN. Waktu mengutarakannya, saya berkata kepadanya, “Apakah kamu bersedia karena menjadi Istriku?” (dengan nada tegas), dan dia pun mengiyakannya. Dan rencananya pada tanggal 2 Desember nanti kami akan menikah.”

“Subhanallah, Alhamdulillah..ciee..” (sorak-sorai kami)

“Tapiii…” timpal Kang Herman

“Lho kok ada tapinya?”. Tanya kami keheranan..

“Setelah Lebaran kemarin, ada permasalah antara saya dan keluarganya, sehingga keluarganya menarik lamarannya..” Kang Herman menambahkan dengan nada yang agak pelan.

Yang semula kami gembira, sekarang merasakan kesedihan sahabat kami ini..

“dan sekarang, dikarenakan saya adalah seorang yang kurang dalam agama, sedang, Insya Allah, materi tidak menjadi permasalahan bagi saya, maka, mudah-mudahan di SEHATI ini saya menemukan pendamping yang shalehah..” sahut Kang Herman dengan berusaha melepas kesedihan dirinya dan kami

“Amiiinnnn…” jawab kami semua..

Kang Husain, bersama Istri dan anaknya, merupakan peserta dauroh sehati, beliau ikut karena rindu dengan sehati, rindu akan ukhuwah dan silaturahim yang sudah terjalin erat sejak tahun 2001. Kang Husain ini, dahulunya adalah sopir Saskia Meca.

“Dahulu, saya itu sudah menentukan tanggal pernikahan terlebih dahulu, undangan-undangan sudah tersebar, padahal melamar saja belum..ha2x..”

Masa sich..(geleng-geleng)

“Saya dahulu pusing, pusing karena saya tidak punya uang sama sekali, padahal tanggal nikahnya tinggal beberapa hari lagi.” Sambung Kang Husain.

“Saking pusingnya, saya hubungi Ust. Harits, eh, saya malah dimarahi sama Beliau, katanya, “kamu tuh mau nikah, tapi engga punya duit sama sekali, gimana sich kamu!!”.

“Duch, saya bukannya mendapatkan solusi, malah dimarahi waktu itu, tapi oleh Ust. Harits, saya akhirnya terus terang kepada Calon Pengantin ditemani Ust. Harist kalau saya tidak punya uang sama sekali.”

“Akhirnya, Alhamdulillah, keluarga calon pengantin menerima keadaan saya, dan Alhamdulillah saya akhirnya nikah tanpa mengeluarkan biaya.”

“dan, setelah menikah, saya malah mendapatkan pekerjaan sebagai sopir Saskia Meca, Subhanallah, memang benar janji Allah, dengan menikah, Allah akan menambah rezeki.”

Subhanallah, dua takdir yang berbeda..yang satu diberi kelebihan materi. Namun, jika memang Allah belum mengizinkan menikah, tidak akan terjadi pernikahan. Tapi, jika Allah mengijinkan, walau kita tidak punya uang, Allah akan selalu memberikan kemudahan. jadi, perkara nikah, bukanlah masalah punya biaya atau tidak, tapi perkara yakin atau tidaknya kita kepada Yang Menguasai Kekayaan, Allah Azza wa Jalla.

"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan." [Q:S . 36:82-83]

24 Oktober 2008

Hari Sabtu, 25 -26 Oktober 2008 esok, adalah termasuk hari yang aku tunggu-tunggu. Karena pada hari itu, aku bersama tim SEHATI DAARUT TAUHID Jakarta beserta peserta, akan melaksanakan Dauroh Sehati di Cilember, Puncak, Bogor.

Dalam kegiatan tersebut, aku diberi tugas sebagai koordinator perlengkapan, yang bertugas menyiapkan tali raffia, sedotan, dan tali tambang, semuanya digunakan untuk permainan disana. Tapi, Alhamdulillah, tadi Kang Arief telepon, dan aku suruh beliau saja yang membeli perlengkapannya..hi3x..

Teringat keseruan ketika kemping bulan Maret lalu, wuuiihh..seruu..acara diisi dengan kajian-kajian Islami, terutama tentang pernikahan. Teringat, ketika sedang kajian di tenda yang besar, tiba-tiba hujan gede, lalu tenda bocor..wah..semuanya sedikit panik. Terlebih ketika sedang kajian berlangsung, ada babon-babon yang bermunculan dari bukit..hi3x..

Hmm..acara esok bakalan seperti apa yach..jadi tidak sabar menunggu esok.

23 Oktober 2008

...

"Dia cantik lho, apa engga cukup?." Kata temanku yang menemani saat berta’aruf dengan seorang akhwat.

“Iya, dia cantik, aku suka, tapi..cantik saja tidak cukup.” Sahut ku

Cantik..Ikhwan mana sich yang tidak suka kepada akhwat yang cantik. Rasulullah saw. saja bersabda bahwa wanita itu dinikahi karena (salah satunya) kecantikan. Tapi..mungkin selera orang berbeda-beda, ada Ikhwan yang berpikiran, asal si akhwat cantik, wah engga masalah dengan urusan agama apakah baik atau buruknya. Ada juga yang berpikiran, asal si akhwat agamanya baik, cukuplah baginya. Tapi, bagi aku, inginnya si akhwat cantik dan baik agamanya pula..hi3x..

“Yang kayak gitu sich, udah habis stock nya..” teringat perkataan Ustadz pada suatu kajian.

Hal yang aku sukai dari seorang akhwat (kriteria), aku suka dengan akhwat dengan jilbab yang rapi. Aku suka jika si akhwat memakai rok. Dan, satu yang paling penting, yaitu sifat pemalu. Ketika Aku bertaaruf dengan si akhwat, yang aku inginkan adalah dia seorang yang pemalu. Karena ketika seorang akhwat bertemu dengan seorang ikhwan yang baru pertama kali dikenalnya, lalu dia malu atau nervous, berarti si akhwat itu jarang bergaul dengan ikhwan, artinya dia adalah seorang yang pandai menjaga diri.

Bukankah malu itu adalah sebagaian dari Iman? Rasulullah saw. adalah seorang yang paling pemalu, suatu saat betis beliau terlihat sahabat, Rasulullah saw. luar biasa malunya.

Aku ingat, dalam al-Quran, dikisahkan ketika dua orang gadis ingin meminta tolong kepada Nabi Musa as. dengan perasaan malu. Duch..rasa malu yang disenangi oleh Allah Ta’ala