14 Agustus 2008
Pernahkah kita buang air? Wah..jangan ditanya nikmat yang satu ini. Berapa banyak orang yang cemberut ketika masuk ke WC, tapi langsung berubah 180 derajat menjadi senyum, ketika keluar dari WC.

Namun, pernahkah kita sedikit merenung? Bagaimana jika seandainya buang air yang kita lakukan tidak selancar biasanya? Duch..alangkah tersiksanya. Berapa banyak orang yang kesulitan buang air kecil harus berada dirumah sakit, dengan mengeluarkan biaya yang cukup besar hanya untuk "sekedar" dapat buang air kembali dengan lancar?

"Maka nikmat manakah yang kan kau dustakan?"

Pernahkah kita mensyukuri nikmat yang satu ini? Jika belum, syukurilah, karena Allah akan menambah nikmat bagi orang yang bersyukur. Jangan sampai Allah mengingatkan kita dengan membuat buang air kita tersendat.

"Terimakasih Ya Allah atas nikmatMu ini, sehingga aku masih bisa buang air dengan lancar. Sungguh, tidak ada nikmatMu yang bisa aku dustakan."

Terkadang, seseorang yang mempunyai calon Istri lebih tua 1 (satu) atau 2 (dua) tahun lebih tua, dengan senangnya, seringkali berujar bahwa Rasulullah saw. saja menikah dengan Khadijah r.a. yang usianya lebih tua.

Yah..yah..bolehlah dia berujar seperti itu jika dia ditanya alasan apa yang membuat dia ingin menikahi si akhwat. Namun sayang, dia tidak mengetahui jikalau Khadijah r.a. berusia 40 tahun saat menikah dengan Rasulullah saw. yang berarti terpaut beda usia 15 tahun.

Tapi, pernahkah kamu berpikir, jika (bagi akhwat) yang datang kepada kamu adalah seorang Ikhwan yang usianya 10 tahun lebih muda? Sedang kamu sendiri usianya 35 tahun?

Atau (bagi ikhwan), bagaimana jika yang kamu lamar itu adalah seorang akhwat yang usianya 10 tahun lebih tua dari kamu?

Yach, kebanyakan dari kita jika melihat pasangan dari segi usia, termasuk aku, (untuk ikhwan) menginginkan pasangan yang usianya lebih muda, atau paling tidak, seusia. Dan untuk
akhwat pasti menginginkan pasangan yang usianya lebih tua darinya.

Namun, bagaimana jika yang hadir di hadapan kita tidak sesuai dengan keinginan kita?

13 Agustus 2008

Seorang ikhwan yang ingin meminang seorang akhwat, kebanyakan melalui proses ta’aruf dahulu. Dan biasanya, seorang ikhwan tersebut akan memberikan sebuah proposal nikah. Proposal ini berisi biodata si ikhwan (lengkap dengan keluarga besarnya), pekerjaannya (sampai kepada gajinya), visi dan tujuan serta misi menikah, sampai kepada riwayat penyakitnya (jika ada).

Diharapkan, dari proposal sederhana ini, si akhwat bisa sedikit mengenal orang yang akan melamarnya. Jika isi proposalnya itu sesuai dengan keinginan hati si akhwat, si akhwat akan melanjutkan proses. Namun, jika proposal itu kurang menarik bagi si akhwat, si ikhwan harus bersiap-siap menerima kenyataan bahwa si akhwat itu bukanlah bidadarinya di dunia ini.

Ingin tahu proposal nikah yang sederhana? silakan kirim email ke indra.satrio@kanalone.com

...

Satu Bintangku..

Bintang yang paling bercahaya tapi tidak menyilaukan

Bintang yang membuat aku nyaman untuk selalu berada didalamnya

Bintang yang membuat mata ini ingin selalu memandangnya

Bintang yang menerangiku kemana aku melangkah

Bintang yang Allah ciptakan untukku

Ya Rabb, berilah aku kesabaran untuk menanti bintangku

12 Agustus 2008
"Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai". (Q.S. Ibrahim:32)

Alhamdulillah, pagi hari ini, Allah mencurahkan hujan, setelah cukup lama, bumi Jakarta ini tidak di guyur hujan.

Dengan hujan, kita bisa mengukur keimanan diri kita sendiri atau seseorang. Tidak banyak, ketika hujan mengguyur, seseorang atau bahkan kita sendiri berucap,

"Wah, sialan, hujan lagi.."

Tanpa disadari, orang tersebut menjadi kufur nikmat. Padahal hujan itu adalah suatu nikmat yang Allah berikan kepada kita. Dengan hujan, maka tercipta kehidupan. Tanpa hujan, mustahil ada kehidupan. Bukankah didunia ini, tidak hanya manusia yang tinggal? Bukankah ada binatang dan tumbuhan? Boleh jadi, Allah menurunkan hujan, karena semut berdoa kepada Allah agar diturunkan hujan, bukankah semut pula adalah makhluk Allah?

Lalu bagaimana sikap kita jika terjadi hujan?

Jika terjadi hujan sedang, syukurilah, ucapkanlah rasa syukur kepada Allah.

"Duhai Allah, terimakasih Engkau telah menurunkan RahmatMu kepada kami."

Jika terjadi hujan lebat, ucapkanlah pula syukur, lalu berdoalah, karena Rasulullah saw. memberitahukan, bahwa hujan lebat adalah salah satu waktu doa mustajab.

Lalu, bagaimana sikap teman-teman ketika hujan tadi pagi?