12 Agustus 2008
"Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai". (Q.S. Ibrahim:32)

Alhamdulillah, pagi hari ini, Allah mencurahkan hujan, setelah cukup lama, bumi Jakarta ini tidak di guyur hujan.

Dengan hujan, kita bisa mengukur keimanan diri kita sendiri atau seseorang. Tidak banyak, ketika hujan mengguyur, seseorang atau bahkan kita sendiri berucap,

"Wah, sialan, hujan lagi.."

Tanpa disadari, orang tersebut menjadi kufur nikmat. Padahal hujan itu adalah suatu nikmat yang Allah berikan kepada kita. Dengan hujan, maka tercipta kehidupan. Tanpa hujan, mustahil ada kehidupan. Bukankah didunia ini, tidak hanya manusia yang tinggal? Bukankah ada binatang dan tumbuhan? Boleh jadi, Allah menurunkan hujan, karena semut berdoa kepada Allah agar diturunkan hujan, bukankah semut pula adalah makhluk Allah?

Lalu bagaimana sikap kita jika terjadi hujan?

Jika terjadi hujan sedang, syukurilah, ucapkanlah rasa syukur kepada Allah.

"Duhai Allah, terimakasih Engkau telah menurunkan RahmatMu kepada kami."

Jika terjadi hujan lebat, ucapkanlah pula syukur, lalu berdoalah, karena Rasulullah saw. memberitahukan, bahwa hujan lebat adalah salah satu waktu doa mustajab.

Lalu, bagaimana sikap teman-teman ketika hujan tadi pagi?

0 komentar: