16 Juli 2008
Kemarin, aku chatting dengan seorang teman kuliah sewaktu TPB di ITB dahulu, dia adalah seorang muslimah. Ketika pembicaraan menjurus kepada masalah nikah. Dia berkata bahwa, dia masih mencari seorang laki-laki yang cocok dengan kriterianya. Dia katakan bahwa, sudah ada beberapa lelaki yang baik secara langsung ataupun tidak langsung, mengungkapkan niatnya untuk menikahinya. Namun, dikarenakan tidak sesuai kriterianya, maka selalu saja menolak. Dan, pernah ada seorang yang menyukai dia, tapi karena ada kriteria yang tidak sesuai, maka dia mencoba untuk membentuk kriteria yang diinginkan. Tapi tetap saja tidak berhasil.

Temanku itu bercerita panjang lebar mengenai masalah tersebut. Memang wajar, seseorang ingin mendapatkan pasangan sesuai dengan keinginannya. Termasuk aku. Namun, jika kita tetap memaksakan kriteria yang ketat kepada calon pasangan kita, jangan-jangan sampai usia 45 tahun pun, kita belum mendapatkannya.

"Mungkin Allah berkata, belum waktunya..jadi masa mau dipaksain ". Jawab temanku itu.

Hmm..di posting ini, aku tidak membahas masalah takdir dulu, terlalu panjang..masalah takdir di postingan terpisah ajah yach, Insy Allah

...

Mengenai pernyataan temanku diatas, aku mencoba untuk membahasnya dari tulisan yang aku petik dari buku, "Di Jalan Dakwah Aku Menikah"

---
Anda jangan hanya ingin "terima jadi", bahwa seorang ikhwan yang ideal, atau akhwat yang sempurna, datang kepada Anda dan memenuhi segala kriteria yang Anda harapkan. Tetapi Anda harus rela dan berani untuk bersama-sama membangun pribadi yang diharapkan. Menerima tidak hanya kelebihannya, tapi juga kekurangan yang pasti ada padanya, sebagaimana juga ada pada Anda. Yang penting Anda mantap bahwa ia yang terpilih adalah seseorang yang mempunyai visi dan misi yang sama. Kalau toh belum, minimal memiliki itikad baik untuk membangun visi tersebut.
Ummu Salamah adalah contoh perempuan unggul yang membuka ruang pencerahan bagi calon suaminya, Abu Thalhah. Dan sejarah mencatat, bahwa Abu Thalhah yang tadinya belum Islam akhirnya menjadi seorang mujahid dakwah.

Modal utama untuk menjadi dinamisator perubahan pada pasangan adalah keyakinan diri, kesiapan untuk berubah, karakter yang kuat dan keteladanan. Ditambah dengan keterampilan mengkomunikasikan ide (yang ini pun bisa saling dilatih kemudian). Apabila ada kesiapan dalam diri Anda untuk memberi dan menerima, saling berlomba dalam menunaikan kebajikan, siap berubah menuju tuntutan ideal, maka Anda telah memiliki semua persyaratan untuk membangun rumah tangga yang harmonis.
---

Mudah-mudahan temanku itu mendapatkan pasangan sesuai dengan kriterianya.

Dan, bagi teman-teman, kriteria yang seperti apa yang teman-teman harapkan dari calon pasangan kita?
Susunlah kriteria calon pasangan kita mulai dari sekarang. Tapi, bersiap-siaplah, jika calon yang datang kepada kita tidaklah sesuai harapan kita.

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". [Q.S. : 2.216]

0 komentar: